ini cuma karangan biasa-biasa kepada seorang yang luar biasa akhlaknya . seorang perindu yang sejati yang tidak akan pernah kalah dengan rindu penyair di dalam setiap arca bait-baitnya . luar biasanya rindu seorang ini ialah hamba ilahi yang teragung , tika dilahirkan bintang-bintang turut bersujud di kelahirannya , langit turut menangis jika hatinya berduka , awan memberi payung yang memuliakan kepalanya daripada sengatan sang matahari dan tanah turut bergetar melihat bengkak kakinya yang setia bercumbu dengan janji tuhan .
engkau manusia agung , seorang hamba ilahi yang memberi ceria kepada kami dengan setiap akhlakmu yang terpuji . al-amin yang mereka sebut-sebutkan itulah yang memberi cinta seantero alam , nur yang menutup era silam yang menggelapkan bayang kejahilan .
***************************************************************
"Aku sangat rindu untuk bertemu dengan saudara-saudaraku",
.
“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut pikiran.
“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan),” suara Rasulullah bernada rendah.
“Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersuara,
“Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.”
******************************************************************
engkau seorang lelaki yang istimewa , kuat merindui kami , menangis bersama kami tika kami melalui jalan yang sempit itu . cinta yang memberi tangis itulah pengorbanan yang kami ingat . kadang-kadang , kami juga lupa . lalai . alpa . namun , tika engkau bersungguh-sungguh melaungkan kerinduan itu . lutut kami berlaga , getar hati kami bertambah laju , bibir diketap dan mata diselimuti cecair hangat .
Ummati , Ummati , Ummati
masakan tidak , Umar tidak dapat menerima kenyataan apabila engkau meninggalkan kami , engkau terlalu agung wahai hamba ilahi . berlebih lagi kesedihan Abu Bakar , teman setia yang paling engkau cintai itu . air matanya sahaja mampu memberi tasik yang mampu merebahkan Umar yang tegas itu , terjerumus ke dalam pasir yang engkau selalu sujud menghadap tuhan yang satu .
engkau memperkenalkan kami kepada arkitek yang maha bijaksana , Dia memerintahkan engkau mengajar kami menjadi hamba ilahi , ya , hamba seperti mu . engkau suri teladan yang baik , engkau memberi sinar yang lebih kadar intensiti cahaya matahari dan engkau seorang utusan yang memberi nota-nota cinta kepada kami untuk terus memberi cinta kepada tuhan , membalas kembali rindu kepada engkau .
************************************************
”Siapakah yang paling ajaib imannya?”
“Malaikat,” jawab sahabat.
“Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah,”
“Para nabi.”
“Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.”
“Mungkin kami,” celah seorang sahabat.
“Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau,”
“Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui,”
“Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku,”
******************************************************************
tinta ini untuk engkau , wahai rasulullah , Muhammad Bin Abdullah . mari membasah lidah dengan berselawat ke atasnya . semoga rindu itu sentiasa memberi kita rindu yang sama kepadanya juga .
“Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,”
No comments:
Post a Comment